Minggu, 20 Desember 2015

Pramuka Sebagai Wadah Pemersatu Generasi Penerus


Perbedaan di dunia ini tidak saja dalam fisik dan bahasa
tetapi juga dalam pikiran dan perasaan.
Jambore telah mengajarkan kita untuk saling memberi dan menerima sehingga timbul rasa simpati dan keharmonisan
 (LORD BADEN POWELL )
Revolusi ” Megamedia” yang terjadi pada akhir Milenium II setelah ditemukannya teknologi multimedia dan teknologi digital, serta dikombinasikannya penggunaan teknologi informasi, telekomunikasi dan hiburan, membuat dunia ini menjadi “bumi yang kecil” , jarak, ruang dan waktu tidak lagi menjadi perintang hubungan. Peristiwa yang terjadi disatu tempat, hanya dalam bilangan detik sudah dapat tersebar dan diketahui oleh penduduk di suatu negara yang beribu-ribu mill jauhnya.
Menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi canggih, ibarat kita menggunakan pisau bermata dua. Satu sisi, kita dapat mencari dan mendapatkan informasi secara akurat dalam sekejap, sehingga tidak mudah terkejut dan senantiasa siap menghadapi  perubahan. Di sisi yang lain, dengan hilangnya dinding pembatas negara (borderless), maka nilai-nilai dan budaya suatu bangsa yang tidak cocok dan bahkan bertentangan dengan nilai-nilai dan budaya kita pun, setiap saat secara leluasa dapat menerobos rumah kita melalui televisi dan internet.
Tawuran pelajar yang belakangan ini kembali marak , dan puluhan remaja (baca: generasi penerus bangsa) tewas secara sia-sia, serta kenakalan remaja  seperti kebut-kebutan di jalan raya,  seks “superbebas”, serta penyalahgunan narkotika dan zat adiktif lainnya , adalah contoh dari masuknya pengaruh negatif kesejagatan (globalisasi) yang dibawa oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi . Apabila kita tidak arif dan bijaksana mensikapinya,maka gejala-gejala terkikisnya kepribadian, merenggangnya rasa persatuan dan kesatuan, serta lmerosotnya semangat nasionalisme, heroisme dan patriotisme semakinmewabah.Dan apabila hal ini tidak ditangani secara serius maka akan berkembang  menjadi malapetaka  bangsa yang sangat dahsyat.
Dalam konteks inilah, Gerakan Pramuka diharapkan dapat memainkan peran luhurnya dalam membentengi generasi muda dari rongrongan nilai-nilai dan budaya negatif bangsa lain yang datang bersamaan dengan datangnya arus globalisasi, serta mampu menjadi wadah pemersatu bagi generasi penerus.
GENERASI “SUPERWORKER”
Generasi Penerus, adalah ahli waris dan pemilik sah masa depan bangsa. Generasi seperti apakah yang kita inginkan?. Generasi baru yang kuat keyakinan beragamanya, tinggi mental dan moralnya, berjiwa Pancasila, sehat, segar dan kuat jasmaninya, berpengetahuan luas dan dalam, memiliki jiwa kepemimpinan dan patriot, berkesadaran nasional dan peka terhadap perubahan lingkungan, serta berpengalaman luas. Generasi yang menyadari bahwa hakekatnya kita beraneka suku, agama, bahasa, adat istiadat,namun tetap satu ( bhineka tunggal ika). Generasi yang memegang teguh Sumpah Pemuda : Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa – Indonesia. Generasi yang memiliki visi jauh ke depan, namun tidak melupakan masa lalu. Generasi yang tidak kalis (steril) terhadap kemajuan dan selalu siap menghadapi perubahan, namun tidak melupakan jati diri dan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia. Generasi yang memiliki loyalitas dan dedikasi tinggi pada masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Generasi “Superworker”.
GERAKAN PRAMUKA
Tiga puluh delapan tahun lalu, tepatnya 14 Agustus 1961, di halaman Istana Merdeka Jakarta diselenggarakan Apel Besar Pramuka. Acara ini didahului dengan pelantikan Majelis Pimpinan Nasional (Mapinas), Kwartir Nasional (Kwarnas) dan Kwartir Nasional Harian (Kwarnari) oleh Presiden Soekarno dan dilanjutkan dengan defile oleh sekitar 10.000 anggota pramuka. Peristiwa bersejarah dimana untuk pertama kalinya  Gerakan Pramuka diperkenalkan kepada masyarakat luas ini, diabadikan dan diperingati sebagai “Hari Pramuka”.
Kelahiran Gerakan Pramuka, merupakan sebuah proses yang panjang dan berliku. Pada tahun 1960, jumlah perkumpulan kepanduan di Indonesia sangat banyak. Sebut saja : “Hizbul Wathon”, Pandu Ansor , Syarikat Islam Angkatan Pandu (SIAP), Pandu Rakyat Indonesia, Kepanduan Bangsa Indonesia, dan lain-lain. Jumlah tersebut dinilai tidak sepadan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan kepanduan, sehingga pendidikan kepanduan pada waktu itu dirasakan tidak memberikan daya guna dan hasil guna yang optimal.
Ketetapan MPRS nomor II/MPRS/1960 tanggal 3 Desember 1960 tentang Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana antara lain menyatakan bahwa dasar pendidikan dibidang kepanduan adalah Pancasila (Pasal 330 C), Penertiban tentang kepanduan (Pasal 741), dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan , dan menyetujui rencana pemeritah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30).
Atas Ketetapan MPRS nomor II/1960 tersebut, Presiden/Mandataris MPRS pada tanggal 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh pemimpin gerakan kepanduan Indonesia di Istana Negara Jakarta. Dalam kesempatan itu Presiden berpesan agar kepanduan yang ada diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka.Presiden juga menunjuk panitia yang beranggotakan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr. A. Azis Saleh, Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pengembangan Masyarakat Desa . Achmadi, (dan Menteri Sosial Muljadi Djojo Martono) dengan tugas mempersiapkan pembentukan Gerakan Pramuka . Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai lampiran Keputusan Presiden RI nomor 238 tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang “Gerakan Pramuka”.
NASIONAL, INTERNASIONAL, UNIVERSAL
Resolusi Konferensi Kepramukaan Sedunia tahun 1924 di Kopenhagen, Denmark menegaskan, kepramukaan  bersifat: (1)nasional (penyelenggaraan pendidikan kepramukaan disesuaikan dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara), (2) internasional (organisasi kepramukaan di negara mana pun di dunia harus membina dan mengembangkan rasa persaudaraan dan persahabatan antara sesama pramuka dan sesama manusia, tanpa membedakan kepercayaan/agama, golongan, tingkat, suku dan bangsa), (3) universal(kepramukaan dapat dipergunakan dimana saja untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa saja, yang dalam pelaksanaan pendidikannya selalu menggunakan prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan).
Kepramukaan, mempunyai fungsi  sebagai : (1) kegiatan menarik bagi anak-anak dan pemuda (kegiatan yang menyenangkan dan mengandung pendidikan, bukan sekedar main-main yang bersifat hiburan belaka), (2) pengabdian bagi orang dewasa (bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan dan pengabdian.Orang dewasa mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi), (3) alat bagi masyarakat dan organisasi  (kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan juga bagi organisasi untuk mencapai tujuan. Jadi kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala dalam satuan pramuka itu sekedar alat saja, dan bukan tujuan pendidikannya)
Tugas pokok Gerakan Pramuka, menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi anak dan pemuda Indonesia , sehingga dapat terbentuk kader-kader pembangunan yang berjiwa Pancasila dan mampu menyelenggarakan pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan, Gerakan Pramuka selalu memperhatikan keadaan, kemampuan , kebutuhan dan minat peserta didiknya.Dalam pelaksanaan kegiatannya, Gerakan Pramuka menggunakan prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan, sistem among dan berbagai metode penyajian lainnya. Para Pramuka mendapat pembinaan dalam satuan gerak sesuai dengan usia dan bidang kegiatannya dengan mengikuti ketentuan pada Syarat Kecakapan Umum, Syarat Kecakapan Khusus dan Syarat Pramuka Garuda.
SIAGA, PENGGALANG, PENEGAK, PANDEGA
Romantika perjuangan besar bangsa Indonesia, diabadikan pada peristilahan Gerakan Pramuka, yaitu : anak didik usia 7-10 tahun disebut Siaga, usia 11-15 tahun disebutPenggalang, usia 16-20 tahun disebut Penegak, dan usia 21-25 tahun disebut Pandega. Orang dewasa yang memimpin Pramuka disebut Pembina, sedangkan anggota Kwartir disebut Andalan.
Sesuai dengan tingkat kecakapan yang dicapai oleh seorang Pramuka, maka istilah-istilah tersebut ditambah belakangnya menjadi : Siaga Mula, Siaga Bantu, Siaga Tata, Penggalang Ramu, Penggalang Rakit, Penggalang Terap, Penegak Bantara, Penegak Laksana.Pandega, hanya ada satu tingkat.
Prinsip dasar metode pendidikan kepramukaan, berbeda dengan metode pembelajaran di sekolah. Lord Baden Powell sebagai penemu pendidikan kepramukaan, telah menyusun prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan , yang harus diterapkan secaramenyeluruh.Bila sebagian dari prinsip uitu dihilangkan, maka organisasi itu bukan lagi gerakan  pendidikan kepramukaan. Dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dinyatakan, prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan adalah : (1) Kesukarelaan, (2) Kode kehormatan, (3) Sistem beregu, (4) Sistem satuan terpisah (untuk anggota putera dan anggota puteri), (5) Sistem tanda  kecakapan, (6) Kegiatan menarik yang mengandung pendidikan, (7) Penyesuaian dengan perkembangan rohani dan jasmani, (8) Keprasahajaan, dan (9) Swadaya. Usaha Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuannya itu harus mengarah pada pengembangan dan pembinaan watak, mental, jasmani, dan rohani, bakat, pengetahuan, pengalaman, dan kecakapan pramuka, melalui kegiatan yang dilakukan dengan praktik secara praktis, dengan menggunakan sistem among dan prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan.Sistem among adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak leluasa, dengan sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah, keharusan, paksanaan  dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri sendiri, kreativitas dan oto-aktivitas sesuai dengan aspirasi peserta didik.
PRAMUKA WADAH PEMERSATU
Pramuka sebagai wadah pemersatu generasi penerus, adalah fakta yang tidak perlu kita ragukan. Pemupukan rasa persatuan dalam wadah Pramuka itu tidak saja dilakukan selama latihan-latihan , tetapi juga dalam forum-forum  pertemuan Pramuka seperti : Pramuka Siaga  ”Pesta Siaga”  (Tingkat Cabang,  Kecamatan, dan Desa), Pramuka Penggalang “Jambore” (tingkat Nasional, Daerah, Cabang, dan  Ranting/Kecamatan), Pramuka Penegak/Pandega : “Perkemahan Wirakarya”(PW- Forum pertemuan bagi Pramuka Penegak/Pandegadari berbagai satuan – Ambalan dan Satuan Karya/Saka), Raimuna (Perkemahan Pramuka Penegak/Pandega Puteri), Muspanitra (Musyawarah Penegak dan Pandega Puteri- Putera) , Pesta Karya (pertemuan khusus bagi Pramuka Penegak/Pandega anggota Satuan Karya/Saka). Pesta Karya (ada lima Pesta Karya, sesuai dengan Satuan Karya/Saka yang ada yaitu : Pesta Karya Taruna Bumi, Dirgantara, Bhayangkara, Bahari dan Wanabhakti) .Pesta Karya diselenggarakan oleh Kwartir Nasional (TAKANAS),oleh Kwartir Daerah (TAKADA), oleh Kwartir Cabang (TAKACAB) dan oleh Kwartir Ranting (TAKARAN). Dalam Pesta Karya tersebut, berbagai lomba ketrampilan/kecakapan yang sesuai dengan kekaryaan masing-masing dilakukan, disamping dipamerkan berbagai kegiatan kekaryaan masing-masing Saka, seperti usaha peternakan lebah madu (apiari) dari Saka Wanabhakti, partisipasi pada Gerakan Mandiri Padi, Kedelai dan Jagung 2001 (Palagung 2001) dari Saka Tarunabumi, dan lain-lain. Forum-forum pertemuan Pramuka tersebut, baik berupa musyawarah maupun perkemahan, tujuan utamanya adalah memupuk persatuan dan kesatuan generasi muda, utamanya anggota Gerakan Pramuka.
Apa yang telah dan akan dilakukan oleh Pramuka Indonesia, bila kita hayati benar, merupakan pengejawantahan dari pesan Bapak Kepramukaan Dunia Lord Baden Powell, pada penutupan Jambore I Pramuka se Dunia di Olympia, London tahun 1920 : Perbedaan di dunia ini tidak saja dalam fisik dan bahasa tetapi juga dalam pikiran dan perasaan . Jambore telah mengajarkan kita untuk saling memberi dan menerima sehingga timbul rasa simpati dan keharmonisan. Jika itu harapan Anda, mari kita bangun rasa persahabatan dalam diri kita dan putera-puteri kita melalui persaudaraan ini  (pramuka), sehingga kita dapat memberi andil bagi kedamaian dan kebahagiaan dunia serta  rasa cinta kasih antara sesama  manusia.
REORIENTASI GERAKAN  PRAMUKA
Jumlah anggota Gerakan Pramuka di seluruh Indonesia saat ini diperkirakan kurang lebih 22 juta orang, 90 persen diantaranya peserta didik, dan 10 persen selebihnya anggota dewasa. Secara kuantitatif, jumlah tersebut merupakan potensi besar yang dapat diarahkan dan diberdayakan menjadi kader-kader pembangunan dan pemimpin bangsa di masa depan. Satu hal yang barangkali masih perlu mendapatkan perhatian lebih adalah peningkatan kualitas peserta didik. Sejauh yang kita tahu, basis pendidikan kepramukaan adalah di sekolah (SD/Madrasah Ibtidaiyah,SLTP/ Madrasah Tsanawiyah, SMU, SMK/Madrasah Aliyah dan lain-lain). Bahkan banyak sekolah, menempatkan pendidikan kepramukaan sebagai salah satu kegiatan ekstra kurikuler. Inilah “salah kaprah” yang membuat Pendidikan Kepramukaan menjadi rancu dengan Pendidikan Sekolah. Dari tujuan maupun sistem dan metodik pendidikannya, jelas berbeda. Pendidikan di sekolah, bertujuan meningkatkan kemampuan intelegensia dan emosi anak-anak, dengan metode belajar-mengajar. Guru menjadi pengajar, dan melakukan evaluasi hasil pembelajaran (THB/EBTA/EBTANAS). Pendidikan kepramukaan, bertujuan membina dan mengembangkan watak, mental, jasmani, rohani, bakat , pengetahuan, pengalaman dan kecakapan pramuka  melalui kegiatan yang dilakukan dengan praktik secara praktis. Pramuka dewasa tidak berperan sebagai Guru sebagai mana pendidikan sekolah, tetapi sebagai pendamping (fasilitator). Peserta didik diberikan keleluasaan sepenuhnya untuk mengembangkan kreativitas dan kemandiriannya. Evaluasi dilakukan melalui sistem Kecakapan Umum dan Sistem Tanda Kecakapan.
Agar pendidikan kepramukaan lebih tepat guna dan berhasil guna, Kwartir Nasional nampaknya perlu melakukan terobosan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan guna “meluruskan  kembali” peran masing-masing lembaga tersebut. Melalui pendekatan yang komprehensif, diharapkan pendidikan kepramukaan menjadi lebih jelas peran pentingnya dalam membina dan mengembangkan watak anak-anak dan pemuda.
“Baden Powell Plus”, barangkali inilah yang diperlukan Gerakan Pramuka dalam menyongsong  Milenium III. Milenium khusus, yang menurut para pakar mampu mengubah peradaban dunia dengan  munculnya revolusi “Megamedia” dipenghujung Milenium II. Untuk itu Gerakan Pramuka harus berusaha dengan cepat dan cermat  untuk lebih mengembangkan dan menyempurnakan pendidikan kepramukaan, dalam arti  tidak melenceng dari pakem yang telah ada, namun selalu diperbaharui dan disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan kemajuan.
Pemanfaatakan Internet oleh Kwartir Nasional  dan Kwartir-Kwartir Daerah sebagai salah satu sarana komunikasi, merupakan langkah yang sangat kita hargai. Melalui “Pramuka-Net “ (http://www.pramuka.org), dapat dilakukan komunikasi secara vertikal antara Kwartir Nasional dengan Kwartir-Kwartir Daerah, komunikasi horisontal antara Kwartir Daerah dengan Kwartir Daerah yang lain, antara sesama anggota Gerakan Pramuka, maupun antara Pramuka Indonesia dengan Pramuka-pramuka dari negara lainnya didunia.Di dunia akepramukaan internasional, homepage resmi Gerakan Pramuka telah diakui, bahkan kegiatan-kegiatan tim  ”Pramuka-Net” di forum internasional sering mendapatkan pujian dari Pramuka negara lain. Melalui korespondensi secara interaktif dengan rekan-rekan Pramuka dari negara lain itu pula Pramuka Indonesia  ikut ambil bagian dalam upaya memupuk rasa persaudaraan, persatuan dan kesatuan serta rasa senasib sepenanggungan sebagai keluarga besar”generasi baru dunia”.
Gerakan Pramuka sudah waktunya melakukan restrukturisasi dan reorientasi , agar gerakannya  dapat lebih “lincah” dan lebih mandiri (independen). Secara struktural, keberadaan Presiden sebagai Pramuka Tertinggi , serta Majelis Pembimbing Nasional , Majelis Pembimbing Daerah , Majelis Pembimbing Cabang,  Majelis Pembimbing Ranting , Majelis Pembimbing Desa/Kelurahan, adalah kalangan birokrat, namun keberadaan aparat pemerintah dalam Majelis Pembimbing tersebut, semata-mata sebagai ” sponsoring board” – badan penunjang, yang menyediakan dukungan dana dan fasilitas yang diperlukan bagi pendidikan kepramukaan.Namun, para Andalan yang duduk  dalam Kwartir Nasional, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang, dan Kwartir Ranting, benar-benar orang-orang yang independen, yaitu tokoh-tokoh masyarakat yang mempunyai kepedulian tinggi pada pembinaan dan pengembangan generasi muda, dan relawan-relawan yang punya perhatian besar pada masalah-masalah kepramukaan. Dengan demikian, maka para andalan di berbagai tingkatan tersebut, dapat mencurahkan  tenaga dan pikirannya bagi kemajuan peserta didik pada khususnya, serta kemajuan Gerakan Pramuka pada umumnya.
Promosi kegiatan Pramuka perlu lebih digencarkan lagi, baik melalui media internal seperti Majalah Pramuka dan Pramuka-Net, maupun melalui media masa nasional maupun lokal, dalam upaya menggugah minat generasi muda untuk  membina watak dan kepribadian yang tangguh, melalui Gerakan Pramuka.
Sekaranglah saatnya Gerakan Pramuka menampilkan iklan-iklan layanan masyarakat yang “menjual”(memiliki selling point tinggi) , ditangani oleh artis-artis idealis macam Garin Nugroho , Mira Lesmana, atau yang lainnya . Terlebih lagi dengan diberlakukannya Undang-undang tentang Penyiaran, yang mewajibkan media masa (cetak maupun elektronik) untuk menyediakan ruang  (space) khusus bagi iklan layanan masyarakat – termasuk iklan-iklan layanan masyarakat tentang Pramuka.

Melalui upaya-upaya yang terarah dan terencana dengan baik, kita yakin Gerakan Pramuka akan semakin kukuh keberadaannya sebagai wadah pemersatu generasi muda- generasi penerus bangsa.

Jumat, 18 Desember 2015

Biografi Baden Powell


Nama Lengkap : Robert Stephenson Smyth Baden Powell
Nama panggilan : Baden Powell atau dipanggil “BP”(baca:bipi), nama “BP” akrab dipanggil oleh para pandu
Nama Kecil : Stephenson
TTL : Kota London, Inggris, 22 Februari 1857

Nama Ayah : Prof. Domine Baden-Powell
Ibu                 : Miss Henrietta Grace Smyth
Saudara         : 9 orang (Warrington, George, Augustus, Frank, Penrose, Agnes, Henrietta, Jessie, dan Baden Fletcher)

         Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, Baron I Baden-Powell Gilwell, adalah seorang tentara Inggris dan penemu the Boy Scouts, lahir di London, dan merupakan lulusan Charterhouse School. Bergabung dengan Pasukan Hussars Ke-13 di India pada tahun 1876. Dari 1888 sampai 1895, BP sukses bertugas, di India, Af­ghanistan, Zulu, dan Ashanti. .Sebelum dan semasa Perang Boer, BP bertugas sebagai perwira staff dari Pasukan Kerajaan Inggris (1896-1897), menjadi kolonel dari Pasukan Berkuda, Afrika Selatan, dan letnan kolonel dari Pengawal Naga ke-5 (5th Dragon Guards, 1897-1899). Karena keberanian dan pengabdiannya selama mempertahankan Kota Mafikeng (dulu Mafeking) dari kepungan musuh, dipromosikan menjadi mayor jendral. Baden-Powell kemudian kembali ke Inggris, pada tahun 1908 BP menjadi letnan jendral. Dianugerahi gelar kesatria tahun 1909, kemudian pensiun dari dinas militer pada tahun berikutnya. BP membentuk the Boys Scouts di tahun 1908, dan dua tahun berikutnya BP membantu mendirikan the Girl Guides, organisasi serupa untuk para anak-anak dan remaja putri. Selama Perang Dunia I.

BP bersama saudara-saudaranya bertambah akrab sepeninggal ayahnya, yang meninggal pada tanggal 11 Juni 1860. Pada usia 3 tahun Baden-Powell telah jadi seorang anak yatim. Sehingga dari sejak usia masih sangat muda, Baden-Powell dituntut untuk dapat hidup mandiri.

Baden-Powell telah berusaha untuk hidup mandiri dengan hanya didukung oleh kekerasan hati serta keteguhan ibundanya yang tercinta Ny. Henrietta Grace

Baden-Powell sejak kecil sudah banyak mengagumi karya-karya ilmuwan terkenal pada zamannya, seperti Charles Darwin, Babbage, George Elliot, G.H. Lewes, dan James Martineau' . Baden-Powell adalah seorang yang bertipe pekerja keras, beliau tidak mudah putus asa dan penolong. Hal tersebut dapat terlihat pada sebuah tulisan Baden-Powell, dalam sebuah suratnya kepada ibundanya.

Setelah menemui banyak kesulitan dalam memilihkan sekolah yang tepat untuk Baden-Powell seperti Rugby atau Eton, akhirya Ny. Henrietta Grace memasukkan Baden-Powell  ke harterhouse School di tahun 1870.

Di Charterhouse, Bad -Powell sangat populer, selain pandai dalam belajar hingga Baden-Powell meraih beasiswa, Baden-Powell Juga mengikuti banyak kegiatan ekstra seperti : 
1) Marching Band,
2) Klub menembak (Rifle Corps)
3) Teater, kegemarannya ini terus digeluti hingga sering tampil dalam berbagai pementasan drama bersama sahabatnya Kenneth Mc Laren
4) Melukis dan menggambar, gambar/illustrasi selalu mengisi berbagai karya tulisnya. 
5) Kiper kesebelasan Charterhouse.

Di Charterhouse School inilah Baden-Powell mendapat julukan lainya, yaitu 'Bathing-Tows!'.

Di usia 19 tahun, Baden-Powell menamatkan sekolah di Charterhouse School. Kemudian Baden-Powell memutuskan untuk bergabung dengan dinas kemiliteran, atas bantuan pamannya Kolonel Henry Smyth, komandan dari Royal Military Academy di Woolwich. Kemudian setelah lulus dari akademi militer tersebut Baden-Powell ditempatkan di India, dengan pangkat pembantu lestnan.

Pengalaman Baden-Powell di ketentaraan inilah yang nantinya akan banyak mempengaruhi perkembangan berdirinya gerakan kepanduan di Inggris.

Selain itu Baden-Powell juga terkenal sebagai orang yang pandai bergaul dan banyak kawannya. Salah seorang sahabatnya yang terdekat adalah Kenneth Mc Laren. Kebersamaan mereka telah menghasilkan banyak pengalaman baik dalam kedinasan, pementasan drama. maupun perburuan hewan liar (babi hutan).

Setelah sempat berpindah-pindah. dari satu kota ke kota lain. dari satu daerah ke daerah lain. bahkan dari satu negara ke negara yang lain. Baden-Powell akhirnya bertugas di Mafeking. sebuah kota di pedalaman Afrika Selatan. Kota inilah yang membuat nama BP menjadi terkenal dan menjadi pahlawan bangsanya. karena jasa-jasanya dalam memimpin pertahanan Kota Mafeking terhadap pengepungan bangsa Boer

selama kurang lebih 217 hari (dari tanggal 13 Oktober 1899 sampai tanggal 18 Mei 1900). Karena jasa-jasanya ter sebut , pangkat Baden-Powell dinaikkan menjadi Mayor Jendral. Berita tersebut kemudian sampai juga ke Inggris. membuat seluruh keluarga Baden-Powell bangga.

Selama bertugas di Afrika. Baden-Powell banyak melakukan petualangan sehingga pengalaman-pengalamannya makin bertambah. Karena keberaniannya. Baden-Powell mendapat julukan IMPEESA dari suku-suku setempat seperti Zulu, Ashanti. dan Metabele. Impeesa mempunyai arti "Srigala yang tidak pernah tidur", Hal ini disebabkan karena sifat waspada, cekatan, dan keberanian Baden-Powell (termasuk tindakan mengambil kalung manik-manik milik Raja Dinuzulu).


Raja Dinuzulu. adalah raja Zulu dari 1884 -1889. raja yang merupakan putra Raja Zulu Cetshwayo. beraliansi dengan para Afrikaners (orang kulit putih keturunan Belanda) dan bersengketa dengan sepu punya, Zibhebhu yang didukung Inggris. Dinuzulu lalu dituduh bersalah melakukan pengkhianatan sehingga diasingkan selama 10 tahun. Dibebaskan tahun 1910. Karena dianggap tidak bersalah. Dinuzulu akhirnya meninggal tahun 1913.

Pada tahun 1901. Baden-Powell kembali ke tanah airnya, Inggris dengan disambut besar-besaran sebagai salah satu pahlawan bangsanya. Kemudian BP sempat pula menulis pengalaman-pengalamannya dalam buku Aids To Scouting".

Kemudian Pada tahun 1907 Baden-Powell mendapatkan undangan dari perkumpulan Boys Brigade untuk mengisahkan pengalaman-pengalamannya selama di Afrika khususnya dan selama di dinas ketentaraan pada umumnya. dalam sebuah perkemahan yang diikuti 20 orang anggotanya. Perkemahan pertama tersebut diselenggarakan di Pulau Brownsea (Brownsea Island).

Baden-Powell pada tahun 1908 menulis buku Scouting For Boys, sebuah mahakarya" yang sangat spektakuler. Buku inilah yang mengakibatkan perkembangan kepanduan menjadi semakin besar. Buku ini menyebar di seluruh daratan Eropa sampai ke daerah-daerah jajahan.

Pada tahun 1910, Baden-Powell meletakkan jabatannya di dinas ketentaraan dengan pangkat terakhirnya adalah Letnan Jendral. Mulailah Baden-Powell berkonsentrasi penuh untuk mengembangkan kepanduan ke seluruh dunia.

Pada tahun 1912, Baden-Powell mengadakan perjalanan keliling dunia untuk menemui para pandu di berbagai negara. Baden-Powell menikah dengan Olave St. Clair Soames (Lady Baden-Powell) pada tahun tersebut, dan kemudian dikaruniai tiga orang anak yaitu Peter, Heather dan Betty.

Pada tahun 1920, para pandu sedunia berkumpul di Olimpia, London, Inggris dalam acara Jambore Dunia yang pertama. Pada hari terakhir kegiatan jambore tersebut (6 Agustus 1920) Baden-Powell diangkat sebagai Chief Scout Of The World atau Bapak Pandu Sedunia. Baden-Powell juga dianugerahi gelar Lord Baden-Powell Of Gilwell, dengan julukan Baron oleh Raia George V.

Setelah berkeliling dunia, termasuk mengunjungi Batavia (sekarang Jakarta) pada tanggal 3 Desember 1934, sepulangnya dari meninjau Jambore di Australia", BP beserta Lady Baden-Powell menghabiskan masa-masa akhirnya tinggal di Inggris (sekitar tahun 1935-1938). Kemudian Baden-Powell kembali ke tanah yang amat dicintainya, Afrika.

Dan BP menghabiskan masa tuanya di Nyeri, Kenya. Beliau akhirnya, wafat pada tanggal 8 Januari 1941 dan dengan diantar di atas kereta yang ditarik oleh para pandu yang sangat mencintainya ke tempat peristirahatan terakhir.

Kisah baden Powell tersebut sangat luar biasa, semoga kita sebagai pandu dapat meneladani segala kebaikan dan semangat beliau. (Hidup pramuka !!!!)


Garuda Pancasila


Burung garuda berwarna kuning emas mengepakkan sayapnya dengan gagah menoleh ke kanan. Dalam tubuhnya mengemas kelima dasar dari Pancasila.  Di tengah tameng yang bermakna benteng ketahanan filosofis, terbentang garis tebal yang bermakna garis khatulistiwa, yang merupakan lambang geografis lokasi Indonesia.  Kedua kakinya yang kokoh kekar mencengkeram kuat semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “Berbeda-beda, Namun Tetap Satu“.
Secara tegas bangsa Indonesia telah memilih burung garuda sebagai lambang kebangsaannya yang besar, karena garuda adalah burung yang penuh percaya diri, energik dan dinamis.  Ia terbang menguasai angkasa dan memantau keadaan sendiri, tak suka bergantung pada yang lain.  Garuda yang merupakan lambang pemberani dalam mempertahankan wilayah, tetapi dia pun akan menghormati wilayah milik yang lain sekalipun wilayah itu milik burung yang lebih kecil.  Warna kuning emas melambangkan bangsa yang besar dan berjiwa priyagung sejati.
Burung garuda yang juga punya sifat sangat setia pada kewajiban sesuai dengan budaya bangsa yang dihayati secara turun temurun.  Burung garuda pun pantang mundur dan pantang menyerah.  Legenda semacam ini juga diabadikan sangat indah oleh nenek moyang bangsa Indonesia pada candi dan di berbagai prasasti sejak abad ke-15.
Keberhasilan bangsa Indonesia dalam meraih cita-citanya menjadi negara yang merdeka bersatu dan berdaulat pada tanggal 17 Agustus 1945, tertera lengkap dalam lambang garuda.  17 helai bulu pada sayapnya yang membentang gagah melambangkan tanggal 17 hari kemerdekaan Indonesia, 8 helai bulu pada ekornya melambangkan bulan Agustus, dan ke-45 helai bulu pada lehernya melambangkan tahun 1945 adalah tahun kemerdekaan Indonesia.  Semua itu memuat kemasan historis bangsa Indonesia sebagai titik puncak dari segala perjuangan bangsa Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaannya yang panjang.  Dengan demikian lambang burung garuda itu semakin gagah mengemas lengkap empat arti visual sekaligus, yaitu makna filosofis, geografis, sosiologis, dan historis.
Burung garuda merupakan mitos dalam mitologi Hindu dan Budha. Garuda dalam mitos digambarkan sebagai makhluk separuh burung (sayap, paruh, cakar) dan separuh manusia (tangan dan kaki). Lambang garuda diambil dari penggambaran kendaraan Batara Wisnu yakni garudeya. Garudeya itu sendiri dapat kita temui pada salah satu pahatan di Candi Kidal yang terletak di Kabupaten Malang tepatnya: DesaRejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Garuda sebagai lambang negara menggambarkan kekuatan dan kekuasaan dan warna emas melambangkan kejayaan, karena peran garuda dalam cerita pewayangan Mahabharata dan Ramayana. Posisi kepala garuda menengok lurus ke kanan.
Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945), antara lain:
§  Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17
§  Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8
§  Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19
§  Jumlah bulu di leher berjumlah 45
Perisai
Perisai merupakan lambang pertahanan negara Indonesia. Gambar perisai tersebut dibagi menjadi lima bagian: bagian latar belakang dibagi menjadi empat dengan warna merah putih berselang seling (warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia, merah berarti berani dan putih berarti suci), dan sebuah perisai kecil miniatur dari perisai yang besar berwarna hitam berada tepat di tengah-tengah. Garis lurus horizontal yang membagi perisai tersebut menggambarkan garis khatulistiwa yang tepat melintasi Indonesia di tengah-tengah.
Emblem
Setiap gambar emblem yang terdapat pada perisai berhubungan dengan simbol dari sila Pancasila.
Bintang Tunggal
Sila ke-1: Ketuhanan Yang Maha Esa. Perisai hitam dengan sebuah bintang emas berkepala lima menggambarkan agama-agama besar di Indonesia, Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan juga ideologi sekuler sosialisme.
Rantai Emas
Sila ke-2: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab. Rantai yang disusun atas gelang-gelang kecil ini menandakan hubungan manusia satu dengan yang lainnya yang saling membantu. Gelang yang lingkaran menggambarkan wanita, gelang yang persegi menggambarkan pria.
Pohon Beringin
Sila ke-3: Persatuan Indonesia. Pohon beringin (Ficus benjamina) adalah sebuah pohon Indonesia yang berakar tunjang – sebuah akar tunggal panjang yang menunjang pohon yang besar tersebut dengan bertumbuh sangat dalam ke dalam tanah. Ini menggambarkan kesatuan Indonesia. Pohon ini juga memiliki banyak akar yang menggelantung dari ranting-rantingnya. Hal ini menggambarkan Indonesia sebagai negara kesatuan namun memiliki berbagai akar budaya yang berbeda-beda.
Kepala Banteng
Sila ke-4: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Binatang banteng (Latin: Bos javanicus) atau lembu liar adalah binatang sosial, sama halnya dengan manusia cetusan Presiden Soekarno dimana pengambilan keputusan yang dilakukan bersama (musyawarah), gotong royong, dan kekeluargaan merupakan nilai-nilai khas bangsa Indonesia.
Padi Kapas
Sila ke-5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas (yang menggambarkan sandang dan pangan) merupakan kebutuhan pokok setiap masyarakat Indonesia tanpa melihat status maupun kedudukannya. Hal ini menggambarkan persamaan sosial dimana tidak adanya kesenjangan sosial satu dengan yang lainnya, namun hal ini bukan berarti bahwa negara Indonesia memakai ideologi komunisme.
Motto
Pita yang dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika berasal dari kalimat bahasa Jawa Kuno karangan Mpu Tantular yang berarti “Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu” yang menggambarkan keadaan bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam suku, budaya, adat-istiadat, kepercayaan, namun tetap adalah satu bangsa, bahasa, dan tanah air.


Arti Lambang Gerakan Pramuka


Lambang tersebut diciptakan oleh Bapak Soenaryo Admodipuro, seorang pembina Pramuka yang aktif bekerja di lingkungan Departemen Pertanian dan kemudian digunakan sejak 16 Agustus 1961. Lambang ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 06/KN/72 tahun 1972
Bentuk dan Arti Kiasan Tunas Kelapa
Lambang Gerakan Pramuka adalah Tunas Kelapa, yang makna terdapat Arti Kiasan tersendiri : Yakni,
·         Buah Nyiur dalam keadaan tumbuh dinamakan cikal, dan istilah cikal bakal di Indonesia berarti penduduk asli yang pertama, yang menurunkan generasi baru. Jadi lambang buah nyiur yang tumbuh itu mengkiaskan bahwa tiap anggota pramuka merupakan inti bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
·         Buah nyiur dapat bertahan lama dalam keadaan yang bagaimanapun juga. Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap anggota pramuka adalah seorang yang rohaniah dan jasmaniah sehat, kuat, dan ulet serta besar tekadnya dalam menghadapi segala tantangan dalam hidup dan dalam menempuh segala ujian dan kesukaran untuk mengabdi pada tanah air dan bangsa Indonesia.
·         Nyiur dapat tumbuh dimana saja, yang membuktikan besarnya daya upaya dalam menyesuaikan diri dalam mesy dimana dia berada dan dalam keadaan bagaimanapun juga.
·         Nyiur tumbuh menjulang lurus ke atas dan merupakan salah satu pohon yang tertinggi di Indonesia. Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap pramuka mempunyai cita-cita yang tinggi dan lurus, yakni yang mulia dan jujur, dan dia tetap tegak tidak mudah diombang-ambingkan oleh sesuatu.
·         Akar nyiur tumbuh kuat dan erat di dalam tanah. Jadi lambang itu mengkiaskan tekad dan keyakinan tiap pramuka yang berpegang pada dasar-dasar dan landasan-landasan yang baik, benar, kuat dan nyata ialah tekad dan keyakinan yang dipakai olehnya untuk memperkuat diri guna mencapai cita-citanya.
·         Nyiur adalah pohon yang serba guna dari ujung atas hingga akarnya. Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap pramuka adalah manusia yang berguna, dan membaktikan diri dan kegunaannya kepada kepentingan tanah air, bangsa dan negara Republik Indonesia serta kepada umat manusia.
Penggunaan Lambang Gerakan Pramuka 

Lambang Gerakan Pramuka dapat digunakan pada panji, bendera, papan nama kwartir dan satuan, tanda pengenal administrasi gerakan pramuka. Penggunaan tersebut dimaksudkan sebagai alat pendidikan untuk mengingatkan dan meningkatkan kegiatan gerakan pramuka sesuai dengan kiasan yang ada pada lambang gerakan pramuka tersebut. Demikianlah Arti Lambang Tunas Kelapa dan Penggunaanya

Pramuka Baden Powell


Biografi Baden Powell
    Lahir tanggal 22 februari 1857 dengan nama Robert Stephenson Smyth Baden Powell. Ayahnya bernama Powell seorang Profesor Geometry di Universitas Oxford, Inggris yang meninggal ketika Stephenson masih kecil. BP memiliki 9 saudara yaitu Warrington, George, Augustus, Frank, Penrose, Agnes, Henrietta, Jessie dan Baden Fletcher. Istri BP bernama Olave St. Clair Baden Powell. BP memiliki 3 anak yaitu, Peter, Heather dan Betty.
 Pengalaman Baden Powell yang berpengaruh pada kegiatan kepramukaan banyak sekali, diantaranya :
a.     Karena ditinggal bapaknya sejak kecil, beliau mendapat pembinaan watak ibunya Henrietta Grace Smyth.
b.    Dari kakanya, mendapat latihan keterampilan berlayar, berenang, berkemah, olahraga dan lain-lain.
c.     Sifat Baden Powell yang sangat cerdas, gembira, lucu, suka bermain musik, bersandiwara, berolahraga, mengarang, dan menggambar sehingga disukai teman-temannya.
d.    Pengalaman diindia sebagai pembantu Letnan pada Resimen 13 Kavaleri yang berhasil mengikuti jejak kuda yang hilang di puncak gunung serta keberhasilan melatih panca indera kepada Kimball O’Hara.
e.     Pengalaman mengalahkan kerajaan Zulu di Afrika dan mengambil kalung manik kayu milik Raja Dinizulu.
f.      Terkepung bangsa Boer di kota Mafeking, Afrika Selatan selama 127 hari dan kekurangan makanan.
Kemudian dipanggil 21 pemuda dari Boys Brigade di berbagai wilayah Inggris, di ajak berkemah dan berlatih di pulau Browns Sea pada tanggal 25 Juli 1907 selama 8 hari.
Tahun 1910 BP pensiun dari tentara dengan pangkat terakhir Letnan Jendral. Pada tahun 1912 beliau menikah dengan Olave St. Clair Soames dan dianugerahi 3 orang anak. Beliau mendapat  Title Lord dari Raja George pada tahun 1929. Baden Powell meninggal tanggal 8 Januari 1941 di Nyeri, Kenya, Afrika.

Sejarah Kepramukaan Dunia
    Awal tahun 1908 Baden Powell menulis pengalamannya untuk acara latihan kepramukaan yang dirintisnya. Kumpulan tulisnnya inipun dibuat menjadi buku dengan judul “Scouting for boys” Organisasi kepramukaan yang semula halnya untuk laki-laki bernama Boys Scout.
     Tahun 1912 atas bantuan adik permpuan beliau, Agnes didirikan organisasi kepramukaan untuk wanita bernama Girl Guides yang kemudian di teruskan oleh istri beliau.
      Tahun 1916 berdiri kelompok usia siaga dengan nama CUB (anak serigala) dengan buku The Jungle Book karangan Rudyard Kipling sebagai pedoman kegiatannya. Buku ini bercerita tentang Mowgli si anak rimba yang dipelihara di hutan oleh induk serigala.
     Tahun 1918 beliau membentuk Rover Scout bagi mereka yang telah berusia 17 tahun. Tahun 1922 beliau menerbitkan buku Rovering To Succes (Mengembara Menuju Bahagia). Buku ini menggambarkan seorang pemuda yang terus mengayuh sampannya menuju kepantai  bahagia.
       Tahun 1920 diselenggarakan Jambore dunia pertama di Olympia Hall, London. Beliau mengundang pramuka dari 27 negara dan pada saat itu BP diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World)
       Tahun 1914  beliau menulis petunjuk untuk kursus Pembina Pramuka dan baru dapat terlaksana pada tahun 1919. Dari sahabatnya yang bernama W.F de Bois Maclarren, beliau mendapat sebidang tanah di Chingfordyang kemudian digunakan sebagai tempat pendidikan Pembin Pramuka dengan nama Gilwell Park.
   Pada tahun 1920 di bentuk Dewan Internasional dengan 9 orang anggota dan Biro Sekretariatnya di London, Inggris dan tahun 1958 Biro Kepramukaan Sedunia dipindahkan dari London ke Ottawa, Kanada. Tanggal 1 Mei 1968 Biro Kepramukaan Sedunia dipindahkan lagi ke Ganeva, Swiss.
     Sejak tahun 1920 sampai 19 Kepala Biro Kepramukaan Sedunia dipegang berturut-turut oleh Hebert Martin (Inggris). Kolonel J.S. Nilson (Inggris), Mayjen D.C. Spry (Kananda) yang pada tahun 1965 diganti oleh R.T. Lund 1 Mei 1968 diganti oleh DR. Laszio Nagy sebagai sekjen.
     Biro kepramukaan sedunia Putra mempunyai 5 kantor kawasan yaitu Costa Rica, Mesir, Philipina, Swiss, dan Nigeria. Sedangkan Biro Kepramukaan Sedunia Putri bermarkas di London dengan 5 kantor kawasan di Eropa, Asia Pasifik, Arab, Afrika dan Amerika Latin.

Jambore : Pertemuan Kepramukaan Penggalang dalam bentuk perkemahan                                                                                                     Jambore Dunia Pertama 1920 : Olympia, London, Inggris                                         Jambore Dunia Ke-2 1924 : Ermelunden, Denmark                                              Jambore Dunia Ke-3 1929 (Coming of Age) : Birkenhead, Inggris                              Jambore Dunia Ke-4 1933 : Godollo, Hungaira                                          Jambore Dunia Ke-5 1937 : Vogelenzang, Bloemendaal, Belanda                      Jambore Dunia Ke-6 1947 (Jambore of Peace) : Moisson, Prancis              Jambore Dunia Ke-7 1951 (Jambore of Simplicity) : Bad Ischi, Austria                                                                                                            Jambore Dunia Ke-8 1955 (New Horizons) : Niagara-on-the-Lake, Kanada                                                                                                              Jambore Dunia Ke-9 1957 (50th Anniversary of Scouting) : Sutton Park, Inggris                                                                                                         Jambore Dunia Ke-10 1959 (Building Tommorow Today) : Los Banos, Laguna, Filipina                                                                                         Jambore Dunia Ke-11 1963 (Higher and Wider) : Marathon, Greece                                                                                                Jambore Dunia Ke-12 1967 (For Friendship) : Farragut State Park, Amerika Serikat                                                                                                     Jambore Dunia Ke-13 1971 (For Understanding) : Fujinomiya, Jepang                                                                                                                   Jambore Dunia Ke-14 1975 (Five Fingers, One Hand) : Lillehammer, Norwegia                                                                                          Jambore Dunia Ke-15 1979 (Cancel) : Neyshabur, Iran                                                                Jambore Dunia Ke-15 1983 (The Spirit Lives On) : Calgary, Kanada                                                                                                                Jambore Dunia Ke-16 1987-1988 (Bringing the World Together) : Sydney, Australia                                                                                                   Jambore Dunia Ke-17 1991 (Many Lands, One World) : Gunung Seorak, Korea Selatan                                                                                        Jambore Dunia Ke-18 1995 (Future Is Now) : Flevoland, Belanda                       Jambore Dunia Ke-19 1998-1999 (Building Peace Together) : Picarquin, Chili                                                                                                 Jambore Dunia Ke-20 2002-2003 (Share Our World, Share Our Cultures) : Sattahip, Thailand                                                                                 Jambore Dunia Ke-21 2007 (One World, One Promise)*Scouting Centenary : Hylands Park, Inggris                                                                 Jambore Dunia Ke-22 2011 (Simply Scouting) : Rinkaby, Swdia                   Jambore Dunia Ke-23 2015 (A Spirit of Unity) : Kirarahama, Jepang                                                                                                                                  Jambore Dunia ke-24 2019 (Unlock A New World)*The Summit Bechtel Family National Scout Reserve : West Virginia, Amerika Serikat.